Kamis, 27 September 2012

Sejarah ARSENAL

 
Nama lengkap
Arsenal Football Club
Julukan
The Gunners
Didirikan
1886 dengan nama Dial Square
Lapangan
Stadion Emiates
Kapasitas
60.500
Ketua
Peter Hill-Wood
Manajer
Arsene Wenger
Liga
Liga Utama Inggris 2011-2012 peringkat 3 di Liga Utama Inggris
Arsenal Football Club (dikenal pula sebagai Arsenal atau The Gunners) adalah klub sepak bola profesional Inggris yang berbasis di London Utara, London. Klub ini bermain di Liga Utama Inggris dan merupakan salah satu klub tersukses dalam sepak bola Inggris. Arsenal juga merupakan anggota kelompok G-14 yang terdiri dari klub-klub utama sepak bola di Eropa.

Sejarah Klub

Era 1886-1980

Arsenal didirikan di daerah Woolwich, bagian tenggara kota London pada 1886 dengan nama Dial Square, lalu dengan cepat berganti nama menjadi Royal Arsenal. Tahun 1891 nama mereka diganti menjadi Woolwich Arsenal. Pada tahun 1913, klub ini pindah ke utara, yaitu ke Stadion Highbury, yang menjadi markas mereka hingga Mei 2006. Saat pindah lapangan, nama depan klub mereka, yaitu Woolwich dihapus sehingga hanya nama Arsenal yang tersisa. Selain itu karena dekat dengan markas Tottenham Hotspur, maka tak heran jika pertandingan Arsenal vs Tottenham Hotspur disebut “North London derby“.
Kejayaan Arsenal pertama kali diawali oleh pelatih Herbert Chapman yang melatih pada tahun 1925-1935 dan berhasil menjuarai beberapa kompetisi domestik Inggris (Piala FA, titel Liga Utama, dan Charity Shield) sekaligus mendominasinya. Sedangkan prestasi terbaik Arsenal di Eropa pertama kali terjadi pada musim 1969/70, di ajang Fairs Cup (pendahulu Pala UEFA). Arsenal menjadi juara untuk pertama kalinya dan sekaligus terakhir di ajang Fairs Cup (Fairs Cup diganti Piala UEFA sejak musim 1971/72) setelah berhasil mengalahkan R.S.C. Anderlecht dengan agregat 4-3 yang pada saat itu klub ini dilatih oleh Bertie Mie. Sepanjang tahun 1980an Arsenal berhasil menambah koleksi Arsenal dengan beberapa gelar domestik.

Era 1990-sekarang

Di tahun 1991, Arsenal menjadi juara bersama dengan Tottenham di Community Shield setelah hasil kedudukan imbang. Prestasi Arsenal di Eropa kembali membaik setelah pada tahun 1994, ditangan pelatih George Graham, Arsenal kembali juara di kancah Eropa setelah mengalahkan Parma FC dengan skor 1-0. Arsenal berhasil kembali ke final pada tahun berikutnya, 1995, namun kali ini dikalahkan olehReal Zaragoza dengan skor 2-1.
Kedatangan pelatih Arsene Wenger ke Arsenal pada tahun 1996 berhasil membuat Arsenal kembali berjaya dan berhasil merusak dominasi Manchester United di Liga Utama Inggris saat itu. Arsenal berhasil menjadi runner-up di ajang Piala UEFA pada tahun 2000 setelah melawan Galatasaray lewat adu penalti 4-1. Pada musim 2003-2004 hingga awal musim 2004-2005, Arsenal berhasil mencetak rekor 49 pertandingan tak terkalahkan dan mematahkan rekor milik Nottingham Forest F.C. (42 kali) yang merupakan rekor tak terkalahkan terpanjang di dalam sejarah sepakbola Inggris. Pada musim 2005-2006, Arsenal kembali meraih prestasi di kancah Eropa dengan menjadi finalis Liga Champions setelah dikalahkan  FC Barselona 2-1 di Stade de France, Paris. Hiks2…… Padahal dah unggul duluan, tapi salut buat Arsenal bisa mencetak gol duluan lewat sundulan Campbell….. Pokoknya maju terus Arsenal, with your Young Gunners.

Stadion

Sejak berdiri, Arsenal beberapa kali pindah stadion. Mulai dari memakai sebuah lapangan di Woolwich yang bernama Manor Ground, lalu pindah ke London Utara, sekaligus membangun Stadion Highbury dan dipakai pertama kali dipakai pada tahun 1913. Stadion ini dipakai Arsenal hingga musim 2005/06 (atau berusia kurang lebih 93 tahun). Pertandingan terakhir yang digelar di Stadion Highbury adalah Liga Utama Inggris, yaitu Arsenal vs Wigan Athletic yang berhasil dimenangkan oleh Arsenal dengan skor 4-2 dengan tiga gol dari Thierry Henry.
Sejak bulan Juli 2006 sampai sekarang, klub ini menempati markas barunya, Stadion Emirates yang berkapasitas 60.500 kursi dan terletak di Ashburton Grove dan peresmian pemakaian Stadion Emirates sekaligus pertandingan pertama yang digelar adalah dengan diadakannya sebuah pertandingan persahabatan antara Arsenal dengan para pemain legenda Belanda untuk perpisahan Dennisa Bergkamp, seorang mantan penyerang Arsenal. Selamat tinggal Bergkamp. Bergkamp merupakan salah satu legenda buat Arsenal. Bergkamp juga yang membawa perubahan dari cara bermain klub2 inggris yang bermain dengan metode kick and rush….

Prestasi

Selain rekor tak terkalahkannya (49 kali) menjadi yang terpanjang di Inggris, Arsenal juga mempunyai banyak prestasi lainnya, yaitu:
1931, 1933, 1934, 1935, 1938, 1948, 1953, 1971, 1989, 1991, 1998, 2002, 2004
1930, 1936, 1950, 1971, 1979, 1993, 1998, 2002, 2003, 2005
1987, 1993, menjadi finalis pada tahun 1968, 1969, 1988, 2007
1930, 1931, 1933, 1934, 1938, 1948, 1953, 1991 (juara bersama dengan Tottenham), 1998, 1999, 2002, 2004
1994, dua kali menjadi finalis pada tahun 1980 dan 1995
1971 (waktu itu masih bernama Fairs Cup, berubah nama menjadi Piala UEFA sejak tahun 1972), sekali menjadi finalis pada tahun 2000
menjadi finalis pada tahun 2006
  • Piala Emirates: 1

Soccer School Indonesia Arsenal

SSI Arsenal tepatnya ada di selatan kota Jakarta. Mengambil fasilitas ISCI Ciputat, pada November 2007, SSI Arsenal telah menampung sekitar 250 siswa dari lapisan usia U – 8 tahun sampai dengan U – 18 tahun.
Untuk delapan sesi latihan, dimana sekali latihan menghabiskan dua jam, memakang biaya antara Rp. 2,5 juta sampai dengan Rp. 3,5 juta. Itu berarti untuk sekali latihan para siswa minimal merogoh sekitar Rp. 220.000.
SSI Arsenal sendiri muncul lewat gagasan Iman Arif untuk membangun sekolah sepak bola usia dini yang memanfaatkan jaringan Arsenal sebagai salah satu klub terkemuka. Untuk itu pula, SSI Arsenal dalam kerja samanya berada dibawah Community Development Department Arsenal, dan bukan Commercial Department.

Pengantar Antropologi Sosial

Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa.
Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti manusia, dan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Para ahli mendefinisikan antropologi sebagai berikut:
William A. Haviland Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
David Hunter Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.
Koentjaraningrat Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
Fase Perkembangan Antropologi
Fase I
Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan bahan etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.
Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.
Fase Kedua (tahun 1800-an)
Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. masyarakat dan kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya
Pada fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia
Fase Ketiga (awal abad ke-20)
Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain. Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha mencari-cari kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya. Untuk itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial.
Fase Keempat (setelah tahun 1930-an)
Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa.
Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar negara-negara di dunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak berujung.
Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan. Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap bangsa Eropa yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun.
Proses-proses perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu antropologi tidak lagi ditujukan kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga kepada suku bangsa di daerah pedalaman Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.
Unsur-unsur kebudayaan
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
  • Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
    • alat-alat teknologi
    • sistem ekonomi
    • keluarga
    • kekuasaan politik
  • Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
    • sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
    • organisasi ekonomi
    • alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
    • organisasi kekuatan (politik)
Wujud
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
  • Gagasan (Wujud ideal)
    Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
  • Aktivitas (tindakan)
    Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
  • Artefak (karya)
    Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Komponen
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:
  • Kebudayaan material
    Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
  • Kebudayaan nonmaterial
    Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
Hubungan antara unsur-unsur kebudayaan
Komponen-komponen atau unsur-unsur utama dari kebudayaan antara lain:

Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)

Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.
Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu:

Sistem mata pencaharian hidup

Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya:

Sistem kekerabatan dan organisasi sosial

Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. M. Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.
Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
Bahasa
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.
Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuna, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sistem kepercayaan

Agama

Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.
Agama dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama (bahasa Inggris: Religion, yang berasar dari bahasa Latin religare, yang berarti “menambatkan”), adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia. Dictionary of Philosophy and Religion (Kamus Filosofi dan Agama) mendefinisikan Agama sebagai berikut:
… sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama untuk beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagiaan sejati.[1]
Agama biasanya memiliki suatu prinsip, seperti “10 Firman” dalam agama Kristen atau “5 rukun Islam” dalam agama Islam. Kadang-kadang agama dilibatkan dalam sistem pemerintahan, seperti misalnya dalam sistem teokrasi. Agama juga mempengaruhi kesenian.

Agama Ibrahim

Yahudi adalah salah satu agama yang —jika tidak disebut sebagai yang pertama— tercatat sebagai agama monotheistik dan salah satu agama tertua yang masih ada sampai sekarang. Nilai-nilai dan sejarah umat Yahudi adalah bagian utama dari agama Ibrahim lainnya, seperti Kristen dan Islam.
Kristen adalah salah satu agama penting yang berhasil mengubah wajah kebudayaan Eropa dalam 1.700 tahun terakhir. Pemikiran para filsuf modern pun banyak terpengaruh oleh para filsuf Kristen semacam St. Thomas Aquinas dan Erasmus.
Sementara itu, nilai dan norma agama Islam banyak mempengaruhi kebudayaan Timur Tengah dan Afrika Utara, dan juga sebagian wilayah Asia Tenggara.
Filosofi Timur dan Agama dari timur
Filosopi dan Agama seringkali saling terkait satu sama lain pada kebudayaan Asia. Agama dan filosofi di Asia kebanyakan berasal dari India dan China dan menyebar disepanjang benua Asia melalui difusi kebudayaan dan migrasi.
Hinduisme adalah sumber dari Buddhisme, cabang Mahāyāna yang menyebar di sepanjang utara dan timur India sampai Tibet, China, Mongolia, Jepang dan Korea dan China selatan sampai Vietnam. Theravāda Buddhisme menyebar di sekitar Asia Tenggara, termasuk Sri Lanka, bagian barat laut China, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Thailand.
Agama Hindu dari India, mengajarkan pentingnya elemen nonmateri sementara sebuah pemikiran India lainnya, Carvaka, menekankan untuk mencari kenikmatan di dunia.
Konghucu dan Taoisme, dua filosofi yang berasal dari China, mempengaruhi baik religi, seni, politik, maupun tradisi filosofi di seluruh Asia.
Pada abad ke-20, di kedua negara berpenduduk paling padat se-Asia, dua aliran filosofi politik tercipta. Mahatma Gandhi memberikan pengertian baru tentang Ahimsa, inti dari kepercayaan Hindu maupun Jaina, dan memberikan definisi baru tentang konsep antikekerasan dan antiperang. Pada periode yang sama, filosofi komunisme Mao Zedong menjadi sistem kepercayaan sekuler yang sangat kuat di China.

Agama tradisional

Agama tradisional

Agama tradisional, atau terkadang disebut sebagai “agama nenek moyang”, dianut oleh sebagian suku pedalaman di Asia, Afrika, dan Amerika. Pengaruh bereka cukup besar; mungkin bisa dianggap telah menyerap kedalam kebudayaan atau bahkan menjadi agama negara, seperti misalnya agama Shinto. Seperti kebanyakan agama lainnya, agama tradisional menjawab kebutuhan rohani manusia akan ketentraman hati di saat bermasalah, tertimpa musibah, tertimpa musibah dan menyediakan ritual yang ditujukan untuk kebahagiaan manusia itu sendiri.

“American Dream”

American Dream, atau “mimpi orang Amerika” dalam bahasa Indonesia, adalah sebuah kepercayaan, yang dipercayai oleh banyak orang di Amerika Serikat. Mereka percaya, melalui kerja keras, pengorbanan, dan kebulatan tekad, tanpa memperdulikan status sosial, seseorang dapat mendapatkan kehidupan yang lebih baik. [2] Gagasan ini berakar dari sebuah keyakinan bahwa Amerika Serikat adalah sebuah “kota di atas bukit” (atau city upon a hill”), “cahaya untuk negara-negara” (“a light unto the nations”),[3] yang memiliki nilai dan kekayaan yang telah ada sejak kedatangan para penjelajah Eropa sampai generasi berikutnya.
Pernikahan
Agama sering kali mempengaruhi pernikahan dan perilaku seksual. Kebanyakan gereja Kristen memberikan semacam pemberian berkah kepada orang yang menikah; gereja biasanya memasukkan acara pengucapan janji pernikahan dihadapan tamu, sebagai bukti bahwa komunitas tersebut menerima pernikahan mereka. Orang Kristen juga melihat hubungan antara Yesus Kristus dengan gerejanya. Gereja Katolik Roma mempercayai bahwa sebuah perceraian adalah salah, dan orang yang bercerai tidak dapat dinikahkan kembali di gereja. Sementara Agama Islam memandang pernikahan sebagai suatu kewajiban. Islam menganjurkan untuk tidak melakukan perceraian, namun memperbolehkannya.

Sistem ilmu dan pengetahuan

Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error).
Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi:
  • pengetahuan tentang alam
  • pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan di sekitarnya
  • pengetahuan tentang tubuh manusia, pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku sesama manusia
  • pengetahuan tentang ruang dan waktu

Antropologi Budaya

 




A. Pendahuluan
Antropologi kebudayaan atau lebih sering kita dengar sebagai antropologi budaya (terjemahan dari Cultural Anthropogy), merupakan salah satu cabang dari studi antropologi yang mengambil kebudayaan sebagai objek studinya. Ilmu Antropologi, tidak seperti beberapa ilmu lain (misalnya, geografi) mempunyai kejelasan posisi dalam dikotomi bidang-bidang ilmu pengetahuan, apakah termasuk bidang eksakta atau noneksata, ilmu pengetahuan alam atau sosial. Ilmu Antropologi adalah salah satu ilmu yang termasuk ke dalam kategori ilmu sosial.
Secara garis besar ilmu antroplogi dapat dipilah menjadi dua bahagian, yaitu antropologi biologi dan antropologi budaya. Antropologi biologi merupakan kelompok studi antropologi yang mempelajari manusia beserta proses biologis yang menyertainya sehingga terjadinya aneka warna makhluk manusia dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya. Ilmu ini meliputi ilmu paleoantropologi dan antropologi fisik. Ilmu pengetahuan penunjang dalam antropologi biologi meliputi kedokteran, arkeologi, biologi, dan sebagainya. Antropologi budaya merupakan studi antropologi yang bidang studinya mengambil kebudayaan sebagai objeknya. Aspek-aspeknya antara lain meliputi masalah sejarah asal, perkembangan, dan penyebaran aneka warna bahasa yang diucapkan manusia di seluruh dunia; masalah perkembangan, penyebaran dan terjadinya aneka warna kebudayaan di seluruh dunia; dan masalah azas-azas dari kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat dari semua suku bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi (Koentjaraningrat, 1990: 25). Sesuai dengan aspek-aspek yang dipelajari terdapat cabang antropologi budaya, yaitu prehistori, etnolinguistik, etnologi (Descriptive integration/etnology dan generalizing aproach/social anthropology), etnopsikologi, antropologi spesialisasi (antropologi ekonomi, antropologi politik, antropologi kependudukan, antropologi kesehatan, antropologi kesehatan jiwa, antropologi pendidikan, antropologi perkotaan dan antropologi perdesaan), dan antropologi terapan. Selain itu ada pula dua aspek lain yang menjadi kajian ilmu antropologi, selain kajian antroplogi budaya, yaitu masalah sejarah asal dan perkembangan manusia (atau evolusinya) secara biologi (termasuk dalam studi paleoantropologi); dan masalah sejarah terjadinya aneka warna makhluk manusia dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya (antropologi fisik). Kedua aspek ini dicakup dalam studi Antropologi Fisik dalam arti luas.
Saat ini, ilmu antropologi budaya mempunyai peranan penting dalam pembangunan bangsa di Indonesia dan telah cukup mendapat perhatian oleh pemerintah. Hal ini tampak dengan adanya pengembangan ilmu ini di beberapa universitas negeri, seperti Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, Universitas Sumatra Utara, Universitas Andalas, Universitas Udayana, Universitas Hasanuddin, Universitas Cendrawasih.

B. Konsep Antropologi
B.1. Batasan Antropologi
Batasan, yang lebih sering disebut dengan definisi dapat dipandang sebagai kristal dari lingkup bidang studi yang menyangkut isi yang dipelajari dari bidang ilmu pengetahuan bersangkutan (Suhardjo, 1998: 2). Sebelum sampai pada batasan kiranya perlu dipahami terlebih dahulu atau pengertian konsep mengenai ilmu pengetahuan yang akan dipelajari.
Pada waktu yang lampau orang yang masih awam dalam ilmu antropologi mempunyai pandangan yang keliru mengenai isi dan materi yang dipelajari dalam studi antroplogi. Anggapan itu tidak salah karena sejarah perkembangan ilmu antropologi dibagi beberapa tahap. Tahap pertama, antropologi muncul ketika orang pribumi di Asia, Afrika dan Amerika didatangi oleh orang Eropa. Orang Eropa tertarik kepada orang pribumi karena kebudayaan orang Eropa sangat berbeda dengan kebudayaan orang pribumi. Tahap kedua, antropopologi telah berkembang dengan tujuan utama untuk mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk mendapat suatu pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah dan evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia. Tahap ketiga, pada fase perkembangan ketiga ini, antroplogi menjadi suatu ilmu yang praktis, dengan tujuannya adalah mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna kepentingan kolonial dan guna mendapat suatu pengertian tentang masyarakat masa kini yang kompleks. Tahap keempat, antropologi mengalami masa perkembangan yang paling luas, baik mengenai bertambahnya bahan pengetahuan yang jauh lebih teliti maupun mengenai ketajaman dari metode-metode ilmiahnya. Pada masa perkembangan ini, antropologi mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan akademis dan tujuan praktis. Tujuan akademis dari ilmu ini adalah mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna bentuk fisiknya, masyarakat serta kebudayaan, sedang tujuan praktis dari ilmu antropologi adalah mempelajari manusia dalam aneka warna masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa itu.
Dari tahap-tahap perkembangan ilmu antropologi tampak bahwa sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang lain ilmu pengetahuan antroplogi pun terus mengalami perkembangan. Pada tahap awal sejarah perkembangannya, antropologi hanya bersifat deskripsi; kemudian dalam perkembangannya bahasan/ulasan antropologi disertai penjelasan atas dasar analisis dari interaksi antara manusia dengan kebudayaannya. Di samping itu, antropologi mempunyai perhatian utama adanya perbedaan dan persamaan (keanekawarnaan) berbagai manusia (ras) dan budaya di muka bumi.

B.2. Ruang lingkup dan Ilmu Penunjang Antropologi
Ruang lingkup pelajaran antropologi meliputi semua manusia dan gejala kebudayaan, termasuk proses yang mengakibatkan timbulnya fenomena dan berbagai bentuk persamaan dan perbedaan (keanekawarnaan). Berhubung lingkup pelajaran antropologi meliputi fenomena biologis (manusia) dan sosial, maka ilmu-ilmu penunjang antropologi meliputi ilmu-ilmu pengetahuan alam dan kelompok ilmu pengetahuan sosial. Koentjaraningrat (1990: 31) mencantumkan 13 ilmu pengetahuan yang pokok, terdiri dari 5 ilmu pengetahuan alam, 1 ilmu pengetahuan gabungan (sintesa), 7 ilmu sosial. Ketigabelas ilmu penunjang antropologi adalah ilmu geologi, paleontologi, anatomi, kesehatan masyarakat, psikiatri (kesemuanya ilmu pengetahuan alam), geografi (ilmu sintesa), arkeologi, sejarah, ekonomi, hukum adat, administrasi, dan ilmu politik (kesemuanya ilmu pengetahuan sosial).

B. 3. Objek Studi dan Pengamatan Antropologi
Objek studi antropologi dapat dipilah menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah sasaran yang menjadi perhatian dalam penyelidikan. Mengingat lingkup pelajaran antropologi manusia dan budaya, maka sasaran penyelidikan sebagai objek material sangat luas. Sasaran penyelidikan yang banyak tersebut pada umumnya juga menjadi sasaran penyelidikan ilmu pengetahuan sosial lainnya; maka objek formallah yang membedakan ciri ilmu pengetahuan antropologi dengan yang lain. Yang dimaksud objek formal adalah cara pendekatan dalam penyelidikan terhadap objek yang sedang menjadi pusat perhatiannya.
Ada tiga cara pendekatan dalam ilmu antropologi, yaitu pertama, pengumpulan fakta. Dalam pengumpulan fakta di sini terdiri dari berbagai metode observasi, mencatat, mengolah dan melukiskan fakta-fakta yang terjadi dalam masyarakat hidup. Sedangkan metode-metode pengumpulan fakta dalam ilmu ini adalah penelitian di lapangan (utama), dan penelitian perpustakaan. Kedua, penentuan ciri-ciri umum dan sistem. Hal ini adalah tingkat dalam cara berpikir ilmiah yang bertujuan untuk menentukan ciri-ciri umum dan sistem dalam himpunan fakta yang dikumpulkan dalam suatu penelitian. Adapun ilmu antropologi yang bekerja dengan bahan berupa fakta-fakta yang berasal dari sebanyak mungkin macam masyarakat dan kebudayaan dari seluruh dunia, dalam hal mencari ciri-ciri umum di antara aneka warna fakta masyarakat itu harus mempergunakan berbagai metode membandingkan atau metode komparatif. Adapun metode komparatif itu biasanya dimulai dengan metode klasifikasi. Ketiga, verifikasi. Dalam kaitan ini, ilmu antropologi menggunakan metode verifikasi yang bersifat kualitatif. Dengan mempergunakan metode kualitatif, ilmu ini mencoba memperkuat pengertiannya dengan menerapkan pengertian itu dalam kenyataan beberapa masyarakat yang hidup, tetapi dengan cara mengkhusus dan mendalam.

B. 4. Beberapa Pengertian Penting dalam Antropologi
B.4. a. Holististik
Sebuah pendekatan dalam antropologi yang melihat keadaan-keadaan dan individu-individu secara utuh. Jadi, pokok kajiannya, baik sebuah organisasi atau individu, tidak akan diredusir (disederhanakan) kepada variabel yang telah ditata atau sebuah hipotesa yang telah direncanakan sebelumnya, tetapi akan dilihat sebagai bagian dari suatu yang utuh.

B.4.b. Kualitatif
Menurut Bogdan dan Tylor (1993: 30), metode kualitatif menunjuk kepada prosedur-prosedur riset yang menghasilkan data kualitatif, yaitu ungkapan atau catatan orang itu sendiri atau tingkah laku mereka yang terobservasi. Pendekatan-pendekatan ini mengarah kepada keadaan-keadaan dan individu-individu secara holistik (utuh). Jadi, pokok kajiannya, baik sebuah organisasi atau individu, tidak akan diredusir (disederhanakan) kepada variabel yang telah ditata atau sebuah hipotesa yang telah direncanakan sebelumnya, akan tetapi akan dilihat sebagai bagian dari suatu yang utuh.
Metode kualitatif memungkinkan kita memahami masyarakat secara personal dan memandang mereka sebagaimana mereka sendiri mengungkapkan pandangan dunianya. Kita menangkap pengalaman-pengalaman mereka dalam perjuangan mereka seharihari di dalam masyarakat mereka. Kita mengkaji tentang kelompok dan pengalaman-pengalaman yang sama sekali belum kita ketahui. Akhirnya, metode kualitatif memungkinkan kita membuat dan menyusun konsep-konsep yang hakiki, dan ini tidak ditemukan dalam metode lainnya (metode kuantitatif). Konsep-konsep seperti indah, menderita, keyakinan, frustasi, harapan, cinta dapat dikaji karena memang ada definisinya dan juga dialami oleh masyarakat secara real dalam kehidupan mereka.

B.4.c. Studi Kasus
Dalam penelitian antropologis, kita sering menjumpai kata-kata studi kasus. Menurut Black dan Champion (1976) studi kasus merupakan penelitian terhadap kesatuan sosial yang dipilih sebagai bahan kajian terhadap kesatuan yang lebih luas, tetapi hubungan antara kesatuan itu tidak dapat diperkirakan secara pasti. Artinya, bahwa hasil penelitian ini belum dapat dijadikan patokan untuk menarik kesimpulan umum (yang lebih luas) (Wibowo, 1994: 28-29).
Sebagai suatu penelitian sosial, kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian tadi tentu saja terbatas pada kesatuan yang diteliti. Pada lingkup yang lebih luas, kesimpulan yang dihasilkannya hanya berlaku sebagai proposisi hipotesis. Meskipun demikian, hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan memiliki arti penting dan berguna dalam tujuan studi. Menurut Marzali (1980) studi kasus bukanlah suatu teknik penelitian, tetapi suatu pendekatan, suatu cara agar dapat diperoleh suatu sifat yang utuh (unitary character) dari objek yang dikaji.

B. 4.d. Observasi Partisipasi
Ungkapan Observasi partisipasi tidak memperoleh batasan yang jelas dalam ilmu sosial. Di sini, observasi partisipasi dipakai untuk menunjuk kepada penelitian yang dicirikan adanya interaksi sosial yang intensif antara sang peneliti dengan masyarakat yang diteliti di dalam sebuah miliu masyarakat yang diteliti. Selama periode tadi, data yang diperoleh dikumpulkan secara sistematis dan hati-hati.
Sang peneliti menceburkan diri dalam kehidupan masyarakat dan situasi di mana mereka mengadakan penelitian. Para peneliti berbicara dengan bahasa mereka, bergurau, menyatu dan sama-sama terlibat dalam pengalaman yang sama. Hubungan yang demikian lama memungkinkan para peneliti untuk melihat adanya dinamika-dinamika dalam bentuk konflik dan perubahan sehingga memandang definisi-definsi tentang organisasi-organisasi, hubungan-hubungan, kelompok dan invidu ada dalam sebuah proses. Mereka memperoleh hal-hal yang menguntungkan secara khas jika dibanding dengan para pemakai metodologi lainnya.

C. KONSEP KEBUDAYAAN
C.1. Batasan Kebudayaan
Imu antropologi yang mempunyai perhatian terhadap cara hidup manusia dengan berbagai macam sistem tindakan, maka dalam memberi batasan tentang konsep kebudayaan1 atau culture, ilmu ini amat berbeda dengan ilmu yang lain. Juga apabila dibandingkan dengan arti yang biasanya diebrikan kepada konsep itu dalam sehari-hari, yaitu arti yang terbatas kepada hal-hal yang indah seperti candi, tari-tarian, seni rupa, seni suara, kesusastraan dan filsafat, definisi ilmu antrologi jauh lbih luas sifat dan ruang lingkupnya. Menurut ilmu antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koetjaraningrat, 1990: 180).
Kenyataannya, definisi yang menganggap bahwa “kebudayaan” dan “tindakan kebudayaan” itu adalah gejala yang harus dibiasakan oleh manusia dengan belajar (learned behavior), juga diajukan oleh beberapa ahli antropologi terkenal seperti C. Wissler, C. Kluckhon, A. Davis, atau Hoebel.

C.2. Unsur-unsur Kebudayaan
Para sarjana antropologi yang biasa menanggapi suatu kebudayaan sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi, pada waktu analisa akan membagi keseluruhan itu kedalam unsur-unsur besar yang disebut unsur-unsur kebudayaan universal atau cultural universal. 2 Jadi, dapat dikatakan bahwa setiap kebudayaan dari suatu bangsa atau masyarakat terbagi lagi menjadi sejumlah unsur, baik unsur besar maupun unsur kecil yang merupakan bagian dari suatu kebulatan yang bersifat kesatuan. Sejumlah unsur tadi yang disebut sebagai unsur-unsur pokok kebudayaan, atau dapat disebut kebudayaan semesta. Apa yang dimaksud dengan kebudayaan universal adalah bahwa unsur-unsur kebudayaan itu dapat dijumpai pada setiap kebudayaan dimanapun juga. Ada tujuh unsur yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia. Ketujuh unsur yang dapat kita sebut sebagai isi pokok dari tiap-tiap kebudayaan di dunia itu adalah:
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencaharian hidup
6. Sistem Religi
7. Kesenian

Bagan Pemerincian Kebudayaan



Tiap-tiap unsur kebudayaan universal sudah tentu saja juga menjelma dalam tiga wujud kebudayaan terurai, yaitu wujudnya yang berupa sistem budaya, yang berupa sistem sosial dan yang berupa unsur-unsur kebudayaan fisik. Dengan demikian, sistem ekonomi misalnya, mempunyai wujud sebagai konsep-konsep, rencana-rencana, kebijaksanaan, adat-istiadat yang berhubungan dengan ekonomi, tetapi mempunyai juga wujudnya yang berupa tindakan-tindakan dan interaksi berpola antara produsen, tengkulak, pedagang, ahli transport. pengecer dengan konsumen, serta kecuali itu dalam sistem ekonomi terdapat juga unsur-unsurnya yang berupa peralatan, komoditi, dan benda-benda ekonomi.
Jadi, unsur-unsur pokok kebudayaan itu meliputi wacana yang luas sehingga untuk keperluan analisis perlu ada sistematika yang berbentuk hirarki.

C. 3. Sistem Kebudayaan
Dari bagian di atas telah disebutkan bahwa unsur-unsur kebudayaan itu mempunyai wacana yang luas dan ada sistematika yang berbentuk hirarki. Hal inilah yang akhirnya membentuk sebuah sistem kebudayaan. Dalam Ilmu antropologi, tiap unsur kebudayaan universal dapat diperinsi ke dalam unsur-unsurnya yang lebih kecil sampau beberapa kali. Dengan mengikuti metode pemerincian dari seorang ahli antropologi R. Linton (Koentjaraningrat, 1990: 205), maka pemerincian itu kita lakukan sampai empat kali.3 Karena serupa dengan kebudayaan dalam keseluruhan (kesatuan), tiap unsur kebudayaan universal itu mempunyai tiga wujud, yaitu wujud sistem budaya, wujud sistem sosial, dan wujud kebudayaan fisik, maka pemerincian dari tujuh unsur tadi masing-masing harus juga dilakukan mengenai ketiga wujud tadi.
Wujud sistem budaya dari suatu unsur kebudayaan universal berupa adat, dan pada tahap pertamanya adat dapat diperinci lagi ke dalam beberapa kompleks budaya4 , tiap kompleks sosial, dan pada tahap kedua, tiap kompleks sosial dapat diperinci lebih khusus ke dalam berbagai pola sosial. Pada tahap keempat, tiap pola sosialdapat diperinci lebih khusus ke dalam berbagai tindakan.
Ketujuh unsur kebudayaan universal itu masing-masing tentu saja mempunyai wujud fisik, walaupun tidak ada satu wujud fisik untuk keseluruhan dari satu unsur kebudayaan universal. Itulah sebabnya kebudayaan fisik tidak perlu diperinci menurut keempat tahap pemerincian seperti dilakukan pada sistem budaya dan sistem sosial. Namunsemua unsur kebudayaan fisik sudah tentu secara khusus terdiri dari benda-benda kebudayaan (lebih jelasnya lihat bagan di bawah ini).

Bagan Pemerincian Unsur-unsur Kebudayaan Universal








Misalnya, unsur kebudayaan universal sistem mata pencaharian hidup dapat diperinci ke dalam beberapa sub-unsur seperti perburuan, perladamgan, pertanian, peternakan, perdagangan, perkebunan, industri, kerajinan, industri jasa, industri pertambangan dan industri manufaktur. Tiap bagian tadi mempunyai wujudnya sebagai sistem budaya yang akan kita sebut adatnya, wujud sebagai sistem sosialnya yang akan kita sebut aktivitas sosialnya; dan wujud fisiknya yang berupa berbagai peralatan yang tentunya merupakan benda-benda kebudayaan. Hal serupa dapat dilakukan terhadap unsur-unsur kebudayaan universal lainnya.

C. 4. Perubahan Kebudayaan
Pada dasarnya perubahan kebudayaan atau culture change selalu dapat terjadi, meskipun masa perubahan itu memakan waktu beribu tahun lamanya. Sumber penyebab perubahan dapat berasal dari dalam masyarakat itu sendiri dapat pula berasal dari luar masyaraakt yang bersangkutan. Apabila jangka waktu proses perubahan tersebut memakan waktu yang lama, maka proses perubahan itu diisebut evolusi atau evolusi kebudayaan. Adapun proses perubahan relatif cepat biasanya disebabkan ditemukannya atau dikenalkannya teknologi baru. Di samping itu, proses perubahan kebudayaan yang relatif cepat juga dapat disebabkan karena kontak dengan masyarakat luar. Terlebih dengan adanya teknologi informasi yang semakin canggih dapat diharapkan proses perubahan kebudayaan akan semakin cepat. Ada empat hal yang berpengaruh terhadap proses perubahan kebudayaan, yaitu discovery, invention, evolusi dan difui.

C.4.a Discovery
Suatu discovey adalah suatu penemuan dari suatu unsur kebudayaan baru, baik berupa suatu alat yang baru, ide baru, yang diciptakan oleh seorang individu atau suatu rangkaian dari beberapa individu dalam masyarakat yang bersangkutan. Discovery menjadi incention apabila masyarakat sudah mengakui, menerima, dan menerapkan penemuan baru itu. Proses perubahan ini sering kali memerlukan seorang individu, yaitu si penciptanya saja, melainkan suatu rangkaian yang terdiri dari beberapa orang pencipta.

C. 4.b. Invention
Invention atau penemuan adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber alam, energi, dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan adanya sistem produksi, dan dibuatnya produk-produk yang baru. Dengan demikian, inovasi itu mengenai pembaruan kebudayaan yang khusus mengenai unsur teknologi dan ekonomi.

C. 4. c. Evolusi
Suatu evolusi dalam kebudayaan adalah proses perubahan setahap demi setahap yang relatif makan waktu dari barang yang pada awalnya diciptakan manusia (invention). Pada dasarnya evolusi tersebut dimaksudkan untuk menjadikan lebih baik, lebih canggih, dan lebih nyaman. Sepeda, mobil, pesawat terbang, rumah, bentuk dan kondisinya sangat jauh berbeda ketika pertama kali diciptakan. Perubahan itu tidak berlangsung cepat, melainkan tahap demi tahap. Bagaimana pun juga evolusi membawa dampak berupa perubahan-perubahan kebudayaan.

C. 4. d. Difusi
Bersamaan dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusia di muka bumi, turut pula tersebar unsur-unsur kebudayaan dan sejarah dari proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan ke seluruh penjuru dunia yang disebut dengan difusi atau dalam bahasa Inggrisnya disebut diffusion. Penyebaran unsur-unsur kebudayaan tadi dapat saja terjadi tanpa ada perpindahan kelompok-kelompok manusia atau bangsa-bangsa dari satu tempat ke tempat lainnya, tetapi karena ada individu-individu tertentu yang membawa unsur kebudayaan tersebut, seperti pedagang, saudagar, pelaut dan sebagainya. Selain itu, penyebaran ini dapat terjadi karena adanya pertemuan-pertemuan antara individu dalam suatu kelompok dengan individu kelompok tetangga.

E. Tema Penelitian Antropologi Kebudayaan
Untuk keperluan penelitian dalam studi antropologi budaya, tujuh unsur kebudayaan universal dapat dijadikan acuan untuk orientasi dalam memilih tema penelitian. Selanjutnya, untuk menentukan topik-topiknya dapat dimulai dari memilih salah satu unsur pokok sebagai tema penelitian, kemudian turun hingga culture traits bahkan dapat juga hingga ke item. Dalam ruang lingkup penelitian antropologi kebudayaansudah tentu harus mengikuti kaidah-kaidah antropologi.




Daftar Pustaka
Bogdan, Robert dan Steven J. Taylor
1993 Kualitatif, Dasar-dasar Penelitian. Surabaya: Usaha Nasional.
Koentjaraningrat
1990 Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Marzali
1980 “Metode Penelitian Kasus”, Berita Antropologi. 11 (37).
Wibowo, Agus Budi
1994 “Perubahan Aspek-aspke Perkawinan Pada Masyarakat Pedesaan Studi
Kasus di Dusun Mojohuro, Desa Sriharjo, Kec. Imogiri Kab. Bantul
DIY”, Tesis Pascasarjana UGM.