Rabu, 14 Januari 2015

psikologi managemen pertemuan 4


Komunikasi Dalam Manajemen

A.    Definisi Komunikasi
Berikut adalah pengertian Komunikasi menurut para ahli :

1. Raymond Ross, Komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan respons/makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator

2. Bernard Barelson & Garry A. Steiner,Komunikasi adalah proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dsb

3. Colin Cherry, Komunikasi adalah proses dimana pihak-pihak saling menggunakan informasi dengan untuk mencapai tujuan bersama dan komunikasi merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh penerus rangsangan dan pembangkitan balasannya.

B.      Proses Komunikasi

Proses komunikasi dapat dilihat dari unsur-unsur formula Lasswell yaitu who (siapa pengirimnya/komunikator), say what (apa yang dikatakan/pesan), in which channel (saluran komunikasi apa yang digunakan/mesia), what effect (apa akibat yang akan ditimbulkan/efek) (Effendi,1993:256)
 Dalam proses komunikasi, kewajiban komunikator adalah mengusahakan agar pesan-pesannya dapat diterima oleh komunikan sesuai dengan kehendak pengirim

Ø  Proses Komunikasi (Kotler, 2000:551) Pengirin (sender)
Pengirim / komunikator adalah orang yang berinisiatif dan menyiapkan pesan untuk disampaikan Penerima merupakan pihak yang diharapkan mengerti pesan yang disampaikan oleh  pengirim

Ø  Encoding. Merupakan proses penerjemahan informasi kedalam simbol-simbol tertentu yang akan disampaikan kepada penerima informasi dalam komunikasi lisan sehari-hari, encoding dilakukan secara relatif otomatis.

Ø  Pesan (message) Pesan merupakan bentuk fisik hasil proses encoding. Kata merupakan pesan dalam komunikasi lisan. Sedangkan tulisan merupakan pesan dalam komunikasi tertulis seringkali pesan juga disampaikan dengan gerakan tubuh, raut wajah, atau cara berbicara
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunkator. Pesan bisa berupa informasi, ide, pikiran, atau perasaan.

Ø  Media komunikasi Media komunikasi merupakan metode penyampaian informasi dari satu pihak lain

Ø  Decoding (penerjemahan) Decoding merupakan proses dimana penerima menerjemahkan atau mengartikan pesan yang diterima

Ø  Penerima (Receiver) Penerima merupakan pihak yang menerima dan diharapkan mengerti pesan yang disampaikan oleh pengirim

Ø  Umpan balik (feedback) Umpan balik merupakan reaksi pihak penerima terhadap komunikasi yang dikirim oleh pengirim

C.    Menjelaskan Hambatan Dalam Komunikasi
1.    Hambatan dari Proses Komunikasi
·         Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional.
·         Hambatan dalam penyandian atau simbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.
·         Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.
·         Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima
·         Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima atau mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.
·         Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.

2. Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi dan sebagainya.

3. Hambatan Semantik.
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima

4. Hambatan Psikologis

Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan.

2.      Jelaskan Pengertian Komunikasi Interpersonal Dalam Organisasi
Komunikasi dalam organisasi atau perusahaan dapat menentukan efektif atau tidaknya dalam suatu penyampaian pesan atau perintah antar anggota organisasi, baik antara atasan dengan bawahan (downward communication), bawahan dengan atasan (upward communication), maupun antar anggota yang jabatannya setaraf (lateral communication). Secara sederhana, komunikasi adalah proses penyampaian atau transfer dan pemahaman suatu pengertian (meaning). Jadi dalam berkomunikasi, kita harus efektif menyampaikan pesan yang ada pada kita kepada orang lain. Adapun berkomunikasi secara langsung dan sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan kepada orang lain. Karena dapat mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang dengan efek umpan balik secara langsung. Proses berkomunikasi dimulai dari adanya pesan yang akan disampaikan oleh pengirim, kemudian ditransfer melalui suatu channel (saluran), kemudian diterima oleh penerima. Adapun komunikasi interpersonal efektif dalam suatu organisasi mencakup dua bagian yaitu componential dan situational.
1. Componential
Menjelaskan komunikasi antar pribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya, dalam hal ini adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik dengan segera.
2. Situational
Interaksi tatap muka antara dua orang dengan potensi umpan balik langsung dengan situasi yang mendukung disekitarnya.

3.      Model Pengolahan Informasi Komunikasi
Model Pengolahan Informasi pada dasarnya menitikberatkan dorongan-dorongan internal (datang dari dalam diri) manusia untuk memahami dunia dengan cara menggali dan mengorganisasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan pemecahannya, serta mengembangkan bahasa untuk mengungkapkannya
Model pengolahan informasi dibawah ini ada 4 yaitu:
1.      Rational
Proses informasi adalah proses menerima, menyimpan dan mengungkap kembali informasi. Dalam proses pembelajaran, proses menerima informasi terjadi pada saat siswa menerima pelajaran. Proses menyimpan informasi terjadi pada saat siswa harus menghafal, memahami, dan mencerna pelajaran. Sedangkan proses mengungkap kembali informasi terjadi pada saat siswa menempuh ujian atau pada saat siswa harus menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu perlu dikemukakan bahwa informasi masuk ke dalam kesadaran manusia melalui pancaindera, yaitu indera pendengaran, penglihaan, penciuman, perabaan, dan pengecapan. Informasi masuk ke kesadaran manusia paling banyak melalui indera pendengaran dan penglihatan. Berdasarkan alas an tersebut , maka media yang banyak digunakan adalah media audio, media visual, dan media audiovisual (gabungan media audio dan visual). Belakangan berkembang konsep multimedia, yaitu penggunaan secara serentak lebih daripada satu media dalam proses komunikasi, informasi dan pembelajaran. Konsep multimedia diasarkan atas pertimbangan bahwa penggunaan lebih dari pada satu media yang menyentuh banyak indera akan membuat proses komunikasi termasuk proses pembelajaran lebih efektif.
Dalam proses komunikasi atau proses informasi (dan juga proses pembelajaran) sering dijumpai masalah atau kesulitan. Beberapa masalah dalam proses komunikasi, misalnya:
Ditinjau dari pihak siswa: Kesulitan bahasa, sukar menghafal, terjadi distorsi atau ketidakjelasan, gangguan pancaindera, sulit mengungkap kembali, sulit menerima pelajaran, tidak tertarik terhadap materi yang dipelajari, dsb. Di tinjau dari pendidik, misalnya pendidik tidak mahir mengemas dan menyajikan materi pelajaran, faktor kelelahan, ketidak ajegan, dsb. Ditinjau dari pesan atau materi yang disampaiakan, misalnya: materi berada jauh dari tempat siswa, materi terlau kecil, abstrak, terlalu besar, berbahaya kalau disentuh.
2.      Limited capacity
3.       Expert
4.       Cybernetic

F. Model Interaktif Manajemen
Model interaktif manajemen mencakup:
1. Confidence
Dalam manajemen timbulnya suatu interaksi karena adanya rasa nyaman. Kenyamanan tersebut dapat membuat suatu organisasi bertahan lama dan menimbulkan suatu kepercayaan dan pengertian.
2. Immediacy
Ini adalah model organisasi yang membuat suatu organisasi tersebut menjadi segar dan tidak membosankan
3. Interaction management
Adanya berbagai interaksi dalam manajemen seperti mendengarkan dan juga menjelaskan kepada berbagai pihak yang bersangkutan.
4. Expressiveness
Mengembangkan suatu komitmen dalam suatu organisasi dengan berbagai macam ekspresi perilaku.
5. Other-orientation

sumber :


Psikologi managemen pertemuan 3


 Empowerment, stress dan konflik

A.      Definisi Empowerment

Richard Carver, Managing Director dari Coverdale Organization mendefinisikan empowerment sebagai mendorong dan membolehkan seseorang untuk mengambil tanggung jawab secara pribadi untuk meningkatkan atau memperbaiki cara-cara menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat meningkatkan kontribusi dalam pencapaian sasaran organisasi. Empowerment memerlukan penciptaan budaya yang mendorong pegawai dalam setiap tingkatan untuk melakukan sesuatu yang berbeda dan membantu pegawai untuk percaya diri dan kemampuan untuk melakukan perubahan.

B.     Kunci efektif empowerment dalam manajemen

Konsep pemberdayaan (empowerment), menurut Friedmann muncul karena adanya dua primise mayor, yaitu “kegagalan” dan “harapan”. Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya model pembangunan ekonomi dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan lingkungan yang berkelanjutan, sedangkan harapan muncul karena adanya alternatif-alternatif pembangunan yang memasukkan nilai-nilai demokrasi, persamaan gender, peran antara generasi dan pertumbuhan ekonomi yang memadai. Dengan dasar pandangan demikian, maka pemberdayaan masyarakat erat kaitannya dengan peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan pada masyarakat, sehingga pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan dan pengamalan demokrasi.

C.     Definisi stress

Sedangkan menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.

D.    Sumber-sumber stress pada manusia

Sarafino (dalam Mumtahinnah, 2008) membedakan sumber-sumber stres, yaitu dalam diri individu, keluarga, komunitas dan masyarakat.

 1. Sumber-sumber Stres di Dalam Diri Seseorang

Menurut Sarafino (dalam Mumtahinnah, 2008) kadang-kadang sumber stres itu ada di dalam diri seseorang. Tingkatan stres yang muncul tergantung pada keadaan rasa sakit dan umur individu.

2.    Sumber-sumber Stres di dalam Keluarga

Stres di sini dapat bersumber dari interaksi di antara para anggota keluarga.

3.    Sumber-sumber Stres di Dalam Komunitas dan Lingkungan

Beberapa pengalaman stres orangtua bersumber dari pekerjaannya, dan lingkungan yang stresfull sifatnya.

4.     Pekerjaan

Diantara faktor-faktor yang membuat suatu pekerjaan itu stressfull adalah tuntutan kerja.

5.   Stres yang Berasal dari Lingkungan

Lingkungan yang dimaksudkan di sini adalah lingkungan fisik, seperti:  Kebisingan, suhu terlalu panas, kesesakan.

E.     Pendekatan terhadap stress, pendekatan individu dan pendekatan perusahaan :

Robbins dalam (Rini, 2010) menyebutkan dua pendekatan dalam mengatasi stres, yaitu:

1.   Pendekatan individu

Seorang dapat memikul tanggung jawab pribadi untuk mengurangi tingkat stresnya. Strategi individu yang telah terbukti efektif adalah:

-          Teknik manajemen waktu
-          Meningkatkan latihan fisik
-          Pelatihan pengenduran (relaksasi)
-          Perluasan jaringan dukungan sosial

2.      Pendekatan perusahaan

Beberapa faktor yang menyebabkan stres terutama tuntutan tugas dan peran, struktur  organisasi dikendalikan oleh manajemen. Strategi yang digunakan:

-          Perbaikan seleksi personil dan penempatan kerja
-          Penggunaan penetapan tujuan yang realistis
-          Perancangan ulang pekerjaan
-          Peningkatan keterlibatan kerja
-          Perbaikan komunikasi organisasi
-          Penegakkan program kesejahteraan korporasi

F.      Definisi konflik

Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik adalah kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja.

G.    Jenis-jenis konflik

Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 6 macam :

1)      Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role).

2)     Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).

3)      Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).

4)     Konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara).

5)      Konflik antar atau tidak antar agama.

6)      Konflik antar politik.

7)      Konflik individu dengan kelompok.

H.    Jelaskan proses konflik

Proses Terjadinya Konflik Menurut Beberapa Para Ahli :

1.    Menurut Hendricks, W.(1992) prose terjadinya konflik terdiri dari 3 tahap :

a)      Peristiwa sehari-hari , yaitu ditandai dengan adanya individu meresa tidak puas atau jengkel terhadap lingkungan  kerja.

b)      Adanya tantangan, yaitu apabila terjadi masalah, individu saling mempertahankan pendapat mereka masing-masing dan menyalahkan pihak lain. Masing-masing anggota menganggap perbuatan yang dilakukan sesuai dengan standar dan aturan aaaaorganisasi.

c)        Timbulnya pertentangan, yaitu pada tahap ini masing-masing  individu    atau kelompok bertujuan untuk menang dan mengalahkan kelompok lain.

2.    Menurut Kenneth Thomas (Owens, 1991). Kenneth Thomas mengemukakan episode gerak konflik digerakkan oleh perasaan frusttasi (kekecewaan) dari suatu kelompok karena aksi pihak lain, misalnya : penolakan permintaan, pertentangan atau penghinaan, sehingga masing-masing kelompok menyadari adanya konflik dan memasuki tahap konsepstualisasi, dan proses terjadi secara subjeytif. Selanjutnya, tinggi atau rendahnya konflik bergantung pada persaingan, keterbukaan dan kepekaan yang dimiliki oleh masing-masing kelompok. Sedangka hasill (outcome) merupakan proses terakhir dari tahapan konflik yang berupa ; frustasi, sikap permusuhan, motivasi kkera, atau produktivitas kerja. Hasil akhir dari prilakku yang dimaksud akan berpengaruh pada episode berikutnya.

3.    Menurut Terry , G. R. (1986). Menjelaskan bahwa, konflik pada umumnya mengikuti pola yang teratur yang ditandai timbulnya krisis, selanjutnya terjadi kesalahpahaman antar individu maupun kelompok, dan konfrontasi menjadi pusat perhatian, pada tahap berikutnya krisis dialih untuk diarahkan dan dikelola.

4.     Menurut Louis R.Pandy mengukapkan proses konflik terdiri dari 5 tahap :

1)      Tahap I konflik laten yaitu tahap munculnya factor-faktor penyebab konflik dalam organisasi yaitu :

a.       Saling ketergantungan kerja
b.      Perbedaan tujuan dan prioritas
c.       Perbedaaan status
d.      Sumber daya yang terbatas

2)      Tahap II konflik yang dipersepsikan (konflik yang dirasakan) , pada tahap ini salah satu pihak memandang pihak lain sebagai penghambat atau mengancam pencapaina tujuan.

3)      Tahap III Konflik yang dirasakan, pada tahap ini konflik tidak sekedar  dipandang ada, akan tetapi benar-benar sudah dirasakan.

4)      Tahap IV konflik yang dimanifestasikan, pada tahap ini prilaku tertentu sebagai indicator konflik sudah mulai ditunjukan, seperti adanya sabotase, agresi terbuka, konfrontasi, rendahnya kenerja dan lain-lainnya.

5)      Tahap V konflik Aftermath, jika konflik benar-benar  diselesaikan maka hal itu akan meningkatkan hubungan  para anggota organisasi. Hanya jika penyelesaian tidak tepat maka akan timbul konflik baru.


DAFTAR PUSTAKA
                     Mumtahinnah, N. (2008). Hubungan antara stress dengan agresi pada ibu rumah tangga
yang tidak bekerja. Jurnal. Universitas Gunadarma. Diakses tanggal 10 Januari 2013.
          Rini. (2010). Pendekatan yang digunakan dalam mengatasi streskerja dalam suatu
organisasi. Jurnal Ilmiah. Vol 2 No. 3. Politeknik Negeri Sriwijaya. Diakses pada 10 Januari 2010.