I.
Tugas Kesehatan Mental.
Orientasi
Kesehatan Mental.
Orientasi
klasik yang umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan
sehat sebagai kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat
adalah orang yang tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya.
Sehat fisik artinya tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak
ada keluhan mental. Dalam ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak
menimbulkan masalah ketika kita berurusan dengan orang-orang yang mengalami
gangguan jiwa yang gejalanya adalah kehilangan kontak dengan realitas.
Orang-orang seperti itu tidak merasa ada keluhan dengan dirinya meski hilang
kesadaran dan tak mampu mengurus dirinya secara layak. Pengertian sehat mental
dari orientasi klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi.
Mengatasi kekurangan itu dikembangkan pengertian baru dari kata ‘sehat’. Sehat
atau tidaknya seseorang secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh
kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat digolongkan sehat mental.
Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak
sehat mental.
Konsep
Sehat.
Sehat
dan sakit adalah keadaan biopsikososial yang menyatu dengan kehidupan manusia.
Pengenalan manusia terhadap kedua konsep ini kemungkinan bersamaan dengan
pengenalannya terhadap kondisi dirinya. Keadaan sehat dan sakit tersebut terus
terjadi, dan manusia akan memerankan sebagai orang yang sehat atau sakit.
Konsep
sehat dan sakit merupakan bahasa kita sehari-hari, terjadi sepanjang sejarah
manusia, dan dikenal di semua kebudayaan. Meskipun demikian untuk menentukan
batasan-batasan secara eksak tidaklah mudah. Kesamaan atau kesepakatan
pemahaman tentang sehat dan sakit secara universal adalah sangat sulit dicapai.
Pengertian Sehat
(health) adalah konsep yang tidak mudah diartikan sekalipun dapat kita rasakan
dan diamati keadaannya. Misalnya, orang tidak memiliki keluhankeluahan fisik
dipandang sebagai orang yang sehat. Sebagian masyarakat juga beranggapan bahwa
orang yang “gemuk” adalah otrang yang sehat, dan sebagainya. Jadi faktor
subyektifitas dan kultural juga mempengaruhi pemahaman dan pengertian orang
terhadap konsep sehat.
Sebagai
satu acuan untuk memahami konsep “sehat”, World Health Organization (WHO)
merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurnan baik
fisik[2], mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau
kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari
penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu
dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan yang sempurna, baik fisik,
mental, maupun sosial.
Pengertian
sehat yang dikemukan oleh WHO ini merupakan suatau keadaan ideal, dari sisi
biologis, psiologis, dan sosial. Kalau demikian adanya, apakah ada seseorang
yang berada dalam kondisi sempurna secara biopsikososial? Untuk mendpat orang
yang berada dalam kondisi kesehatan yang sempurna itu sulit sekali, namun yang
mendekati pada kondisi ideal tersebut ada.
Sejarah
Perkembangan Kesehatan Mental.
Zaman
dahulu orang menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah setan, roh-roh jahat
dan dosa-dosa. Oleh karena itu para penderita penyakit mental dimasukkan dalam
penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai
besi yang berat dan kuat. Namun, lambat laun ada usaha-usaha melalukan
perbaikan dalam mengatasi orng-orang yg mengalami gangguan mental.
Kesehatan
mental ungkapan ini diciptakan oleh W. Swetster di tahun 1843, dan penuh dengan
konten yang sebenarnya melalui "pribadi" pengalaman berkumpul oleh
ahli asuransi Beers Amerika. Tujuannya adalah untuk memastikan perawatan yang
lebih manusiawi dari sakit mental, cara bagaimana tujuannya ini dilakukan dalam
konteks yang lebih luas melampaui domain perawatan kesehatan tidak bisa disebut
hanya kejiwaan.
Kesehatan
mental mulai berkembang sejak perang dunia ke II .Sejak awal perang dunia ke II
kesehatan mental bukan lagi suatu istilah yang asing bagi orang – orang .Dalam
bidang kesehatan mental kita dapat memahami bahwa gangguan mental itu telah
terjadi sejak awal peradaban manusia dan sekaligus telah ada upaya-upaya
mengatasinya sejalan dengan peradaban.
Namun
seiring jaman yang semakin maju dan perkembangan ilmu pengetahuan Philippe
Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris, mengadakan perbaikan dalam
menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya
Ada
juga dari tokoh lainnya yang mempengaruhi perkembangan kesehatan mental :
1.
Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Beers pernah sakit mental dan dirawat
selama dua tahun dalam beberapa rumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri betapa
kejam dan kerasnya perlakuan serta cara penyembuhannya
2.
Dorothea Dix merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan
berasal dari Amerika. Ia berusaha menyembuhkan dan memelihara para penderita
penyakit mental dan orang-orang gila. Sangat banyak jasanya dalam memperluas
dan memperbaiki kondisi dari 32 rumah sakit jiwa di seluruh negara Amerika
bahkan sampai ke Eropa. Atas jasa-jasa besarnya inilah Dix dapat disebut
sebagai tokoh besar pada abad ke-19.
ada
juga tunjuan mempelajari Kesehatan mental yaitu :
1.
Memahami makna kesehatan mental dan faktor-faktor penyebabnya.
2.
Memahami pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penanganan kesehatan
mental.
3.
Memiliki kemampuan dasar dalam usaha peningkatan dan pencegahan kesehatan
mental masayarakat.
4.
Meningkatkan kesehatan mental masyarakat dan mengurangi timbulnya gangguan
mental masyarakat.
Teori
Kesehatan Mental.
1.Aliran
Psikoanalisa
Teori
kepribadian dengan pendekatan psikodinamika sangat dipengaruhi oleh Sigmund
Freud (1856-1939), Bapak Psikoanalisa yang sangat terkenal. Aliran ini melihat
dari sisi negative individu, masa lalu, analisis mimpi (jalan istimewa menuju
ketidaksadaran), dan juga alam bawah sadar, yang tersusun dari 3 sistem pokok
yaitu : id, ego, dan superego.
Id
Id
merupakan system kepribadian yang asli dan merupakan sumber energi utama bagi
hidup manusia. Id merupakan rahim tempat ego dan superego berkembang. Freud
menyebut id “kenyataan psikis yang sebenarnya”, karena id mempresentasikan
dunia batin pengalaman subjektif dan tidak mengenal kenyataan objektif. Id
terdiri dari dorongan-dorongan biologis dasar seperti kebutuhan makan, minum,
seks, dan agresifitas.
Dalam
Id terdapat dua jenis energi yang saling bertentangan dan sangat mempengaruhi
kehidupan individu, yaitu insting kehidupan dan insting mati. Dorongan-dorongan
dalam Id selalu ingin dipuaskan, dan dalam pemuasannya Id selalu berupaya
menghindari pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan (prinsip kesenangan
atau Pleasure Principle).
Ego
Ego
merupakan energi yang mendorong untuk mengikuti prinsip kenyataan. Ego
menjalankan fungsi pengendalian agar upaya pemuasan dorongan Id itu realistis
atau sesuai dengan kenyataan. Misalnya orang yang lapar harus mencari,
menemukan, dan memakan makanan sampai tegangan karena merasa lapar dapat
dihilangkan.
Superego
Sistem
kepribadian ketiga dan yang terakhir dikembangkan adalah superego. Superego
adalah gambaran kesadaran akan nilai-nilai dan moral masyarakat yang ditanamkan
oleh adapt istiadat, agama, orangtua, guru, dan orang lain kepada anak. Karena
itu pada dasrnya superego adalah hati nurani seseorang yang menilai benar atau
salahnya tindakan seseorang. Itu berarti superego mewakili nilai-nilai ideal
dan selalu berorientasi pada kesempurnaan.
Freud
juga membagi aktivitas mental individu dalam beberapa tingkatan berdasarkan
sejauh mana individu menyadari gejala-gejala psikis yang timbul, yaitu :
1).
Tingkat sadar atau kesadaran (conscious level)
Pada
tingkat ini aktivitas mental dapat disadari setiap saat seperti berpikir,
persepsi, dan lain-lain.
2).
Tingkat prasadar (preconscious level)
Pada
tingkat ini aktivitas mental dan gejala-gejala psikis yang timbul bias disadari
hanya apabila individu memperhatikannya, misalnya memori,
pengetahuan-pengetahuan yang telah dipelajari, dan lain-lain.
3).
Tingkat tidak disadari (unconscious level)
Pada
tingkat ini aktivitas mental dan gejala-gejala psikis tidak disadari oleh
individu. Gejala-gejala ini muncul misalnya dalam dorongan-dorongan immoral,
pengalaman-pengalaman yang memalukan, harapan-harapan yang irasional,
dorongan-dorongan seksual yang tidak sesuai dengan norma masyarakat, dan
lain-lain.
Tingkat
tidak disadari inilah yang merupakan objek studi psikoanalisa. Dikatakan Freud
pada tahun 1942 : “tujuan utama psikoanalisa sebenarnya tidak lebih dari
mencapai dan dapat mengungkap kehidupan mental yang tidak disadari”. Teori
Freud sendiri kemudian banyak mengalami perkembangan baik oleh dirinya sendiri
maupun oleh para pengikutnya seperti : Alfred Adler, Karen Horney, Erick Fromm,
dan lain-lain.
Perubahan
penting yang dilakukannya sendiri adalh konsep libido. Awlanya libido dianggap
berasal dari dorongan seksual semata, tetapi akhirnya Freud berpendapat bahwa
libido merupakn dorongan kehidupan yang jauh lebih luas daripada dorongan
seksual semata. Karen Horney dan Erick Fromm menekankan pentingnya pengaruh
lingkungan social terhadap perkembangan kepribadian individu.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa menurut aliran psikoanalisa manusia bersifat terbatas,
yaitu mengabaikan potensi-potensi yang dimiliki manusia. Manusia dilihat dari
sisi sakit, yaitu bahwa kodrat manusia bersifat negative (neurotics dan
psikotis), dan juga kodrat manusia digambarkan pesimistis, yaitu manusia adalah
korban dari tekanan-tekanan biologis dan juga konflik-konflik pada masa
kanak-kanak.
2.Aliran
Humanistik
Aliran
humanistik memberi tekanan pada kualitas-kualitas yang membedakan menusia
dengan binatang, yaitu kebebasan untuk memilih (freedom for choice) dan
kemampuan untuk mengarahkan pekembangannya sendiri (self-direction). Banyak
ahli menyebut teori tersebut sebagai “self-theorities” karena teori-teori
tersebut membahas pengalaman-pengalaman batin, pribadi, yang berpengaruh
terhadap proses pendewasaan diri seseorang, dan pertumbuhan itu diarahkan pada
aktualisasi diri. Tokoh-tokoh utama pendekatan ini adalah Carl Rogers dan
Abraham Maslow.
Pada
tahun 1962 didirikan Association of Humanistic Psychology, asosiasi ini dalam
misinya mempunyai 4 (empat) prinsip, yakni :
1).
Memusatkan perhatian pada subjek yang mengalami
2).
Pilihan, kreativitas, dan aktualisasi diri manusia adalah topic-topik yang menjadi
focus penelitiannya.
3).
Kepenuhartian harus mendahului objektivitas dalam memilih masalah penelitian
4).
Nilai tertinggi terletak pada martabat manusia
Carl
Rogers (1902-1987)
Teori
Carl Rogers berkembang dari pendekatannya terhadap psikoterapi dan perubahan
perilaku yang berpusat pada klien. Dalam praktiknya Rogers terkesan dengan
adanya kecenderungan bawaan pada individu yang bergerak kearah pertumbuhan,
maturitas, dan perubahan positif. Maka ia yakin bahwa kekuatan dasar yang
memotivasi manusia adalah kecenderungan untuk beraktualisasi, suatu
kecenderungan kearah pemenuhan atau aktualisasi semua potensi atau kapasitas
organisme. Rogers tidak menolak adanya kebutuhan lain seperti kebutuhan
biologis, tetapi semua kebutuhan itu terarah pada motivasi untuk
mengaktualisasikan dirinya.
Diri
dan Konsep diri penting dalam teorinya. Diri itu mencakup semua ide, persepsi,
dan nilai-nilai yang mengkarakterisasi “saya” atau “aku” dan ini mencakup
“siapa saya” dan “apa yang dapat saya lakukan”. Selanjutnya diri dan konsep
diri ini mempengaruhi persepsi seseorang tentang dunia dan perilakunya.
3.Pendapat
Erich Fromm.
Menurut
Pendapat Erich Fromm kepribadian yang sehat adalah pribadi yang memiliki
orientasi produktif. froom melihat kepribadian hanya sebagai suatu produk
kebudayaan. kesehatan jiwa harus didefinisaikan menurut bagaimana baiknya
masyarakat menyesuaikan diri dengan kebutuhan kebutuhan dasar semua individu,
bukan menurut bagaimana baiknya individu menyesuaikan diri dengan masyarakat.
Konsep
Penyesuaian Diri.
Penyesuaian
dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai berikut:
Penyesuaian
berarti adaptasi; dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa “survise” dan
memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi
yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
Penyesuaian
juga dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan
sesuatu sesuatu dengan standar atau prinsip.
Penyesuaian
dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk mmebuat
rencana dan mengorganisasi respon-respon sedemikian rupa, sehingga bisa
mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frutasi-frutasi secara efisien.
Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang adekuat/
memenuhi syarat.
Penyesuaian
dapat diartikan penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional
maksudnya ialah secara positif memiliki respon emosional yang tepat pada setiap
situasi.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian adalah usaha manusia untuk
mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkung-annya.
II. Tulisan.
a. Konsep
Diri Saya.
Saya Adalah Faisal
Fajar RInaldi, Saya adalah mahasiswa psikologi universitas gunadarma. saya
adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara. dan saya adalah anak laki-laki satu-satunya
dalam keluarga saya. Hobi saya itu berolahraga dan bermain game. Saya memang tidak
terbilang pintar dalam pelajaran tapi saya sedikit ahli pada bidang otomotif
dan elektronik komunikasi. dan saya adalah tipe orang yang kritis dalam
menyikapi hal.
Saya adalah tipe orang
yang mudah bergaul pada siapapun. Tetapi berdiam diri di tempat yang sepi dan
tenang itu kesukaan saya. Saya itu memiliki sifat yang rada aneh, karena semua
aktifitas saya lakukan selalu tergantung pada mood. Walaupun begitu saya adalah
orang yang bertanggung jawab. Saya itu memang sedikit agak egois, dan keras
kepala. Namun begitu saya sudah dapat mengontrol emosi pada diri saya.
b. Kasus
Ketidak Kesehatan Mental.
Saya disini mengambil
contoh kasus pada sebuah peristiwa yang sedang marak di indonesia, yaitu
Fenomena Cabe-Cabean yang melanda Gadis ABG di indonesia. Saya telah membaca
berita di sebuah media elektronik yaitu LIPUTAN6.com yang membahas berita tentang
fenomena tersebut. Ini sedikit kutipan dari beritanya.
“Fenomena
cabe-cabean yang tengah melanda gadis belia di kota-kota besar seperti
Jakarta memang bikin prihatin. Tapi tak semua gadis ABG ketularan jadi cabe-cabean. Apa kata remaja tentang
teman-temannya yang jadi cabe-cabean.
Tidak ada yang tahu sebenarnya siapa yang mempelopori istilah ini, namun seperti dilansir Hai online, istilah cabe-cabean awalnya lebih banyak dikaitkan dengan perempuan muda dan motor balapan liar. Istilah ini biasa dipakai orang-orang yang ada di arena balapan liar untuk menyebut para gadis muda yang ada di situ.
Cabe-cabean melekat sekali dengan hal negatif, tidak sedikit orang yang mengatakan cabe-cabean merupakan perempuan yang gampangan. Di arena balap liar sendiri cabe-cabean dijadikan sebagai hadiah atau piala saat taruhan.
Saat ini cabe-cabean tidak hanya berada di arena balap liar, sepertinya sudah mulai merambah tempat-tempat nongkrong seperti mall dan klub-klub malam. Entah mengapa disebut cabe-cabean mungkin rasanya yang pedas atau karena penampilannya yang hot. “
Tidak ada yang tahu sebenarnya siapa yang mempelopori istilah ini, namun seperti dilansir Hai online, istilah cabe-cabean awalnya lebih banyak dikaitkan dengan perempuan muda dan motor balapan liar. Istilah ini biasa dipakai orang-orang yang ada di arena balapan liar untuk menyebut para gadis muda yang ada di situ.
Cabe-cabean melekat sekali dengan hal negatif, tidak sedikit orang yang mengatakan cabe-cabean merupakan perempuan yang gampangan. Di arena balap liar sendiri cabe-cabean dijadikan sebagai hadiah atau piala saat taruhan.
Saat ini cabe-cabean tidak hanya berada di arena balap liar, sepertinya sudah mulai merambah tempat-tempat nongkrong seperti mall dan klub-klub malam. Entah mengapa disebut cabe-cabean mungkin rasanya yang pedas atau karena penampilannya yang hot. “
Kalau menurut pendapat
saya fenomena tersebut dapat dikategorikan sebagai kasus ketidak sehatan
mental, mengapa? Karena menurut saya tidak sepantasnya anak-anak abg seperti
mereka melakukan sebuah hal yang harusnya tidak mereka lakukan di kisaran umur
mereka.
Contohnya, seperti anak
ABG sekarang yang sudah mulai berdandan tebal dan berpakaian tidak sepantasnya dan
nongkrong yang tidak benar, di kategorikan tidak sehat karena itu semua bukan
hal yang harusnya dilakukan pada anak seumuran mereka. Dan seharusnya ada
peranan orang tua yang mengawasi perilaku anak-anaknya agar tidak melampaui
tingkah laku yang seharusnya belum mereka lakukan pada kisaran umur mereka.
Sekian pembahasan
materi yang sebenarnya tugas saya.. sekiranya dapat bermanfaat utuk semuanya..
Terima Kasih.
Sumber
:
v Tugas
v Tulisan
Nb: Bukan plagiat kan.. Cantumin
Sumber Bisa Kali..
0 komentar:
Posting Komentar