Biografi
Hans Eysenck
Hans Eysenck lahir di Jerman pada tanggal 4 Maret
1916. Ayahnya adalah seorang komedian, penyanyi dan aktor, sedangkan ibunya
Ruth Werner seorang bintang film bisu. Orang tua Eysenck bercerai saat dia
berusia 4 tahun. Eysenck lalu dirawat oleh neneknya sampai berusia 18 tahun. Ia
tumbuh dengan sedikit kedisiplinan dan minim pengawasan dari orang tuannya, dan
neneknya mempunyai sifat yang cukup permisif terhadapnya. Penelantaran yang
bersifat halus dilingkungannya tersebut sedikit berpengaruh terhadap
perkembangan kepribadiannya, tetapi semua itu tidak menghalanginya untuk
menjadi ilmuan eksentrik yang terkenal.
Kala itu, setelah perang dunia I Nazi mulai
berkuasa, masa depan eysenck tidak terlihat lebih terang, sebagai syarat
untuknya agar dapat mempelajari fisika di University of Berlin , ia harus
bergabung dengan polisi rahasia nazi dan gagasan seperti itu yang membuatnya
lalu pindah ke Inggris untuk melanjutkan pendidikannya di University of London.
Pada tahun 1938 eysenck menikahi Margaret Davies seorang sarjana matematika dan
ditahun ini juga eysenck menerima gelar sarjana nya, dan pada tahun 1940 ia
diberikan gelar doktor di bidang psikologi dari University of London.
Gagal memasuki angkatan Royal Air Force dan
cabang militer lain Selama Perang Dunia II, dia bekerja sebagai psikolog di
bagian gawat darurat perang Di Mill Hill Emergency Hospital, Di sinilah, dia
melakukan penelitian tentang kevalidan diagnosis-diagnosis psikiatri.
Setelah Perang Usai, dia menjadi direktur departemen
psikologi di Maudsley Hospital dan mengajar psikologi di University of London.
Dan pada tahun 1949 iya mulai berpergian ke amerika serikat dan kanada untuk
menguji program-program psikologi klinis disana. Dan dia menemukan hasil bahwa
program-program psikologi klinis dianggapnya sama sekali tidak adekuat dan
tidak ilmiah, penelitian inilah yang kemudian membuatnya sangat menentang
psikologi klinik sepanjang kariernya.
Setelah bercerai dari istrinya, eysenck menikah
kembali dengan Sybil Rostal seorang psikologi Kuantitatif, dan menjadikannya
rekan penulis dalam beberapa terbitan bukunya. Hans telah menulis 75 buku dan
sekitar 800 artikel, dan dianggap sebagai salah satu penulis psikologi paling
terpandang. Eysenck pensiun pada tahun 1983 dan terus berkarya sampai dia
meninggal pada tanggal 4 September 1997.
TEORI FAKTOR EYSENCK
Kriteria untuk Mengidentifikasikan Faktor
- Kriteria pertama, bukti psikometri bagi keberadaan faktor harus disusun. Yang terkait dengan kriteria ini adalah faktor harus bisa diandalkan dan direplikasi. Penelitian lain dari labolatorium lain, harus juga menemukan suatu faktor, dan para peneliti ini harus mengidentifikasi secara konsisten ekstraversi, neurotisme, dan psikotisme Eysenck.
- Kriteria kedua, adalah faktor juga harus memiliki sifat warisan dan cocok dengan model genetik yang ada. Kriteria ini mengeliminasi karakteristik yang dipelajari, seperti kemampuan untuk meniru pandangan pribadi yang terkenal atau keyakinan agama atau politik tertentu.
- Kriteria ketiga, faktor harus masuk akal dari sudut pandang teoretis. Eysenck menggunakan metode deduktif untuk melakukan penelitiannya, dimulai dari teori dan kemudian mengumpulkan data yang secara logis konsisten dengan teori tersebut.
- Kriteria keempat, kriteria terakhir bagi eksistensi sebuah faktor adalah faktor harus memiliki relevansi sosial, artinya harus bisa dibuktikan bahwa faktor-faktor yang diperoleh secara matematis memiliki kaitan (meski tidak selalu kausal). Dengan variabel-variabel yang relevan secara sosial seperti ketagihan pada obat-obatan, kecerobohan untuk melukai tanpa sengaja, performa menakjubkan dalam olahraga, perilaku psikotik, kriminalitas, dan sebagainya.
Hierarki Faktor-Faktor Pengorganisasian Perilaku
Kepribadian sebagai organisasi tingkahlaku oleh
Eysenck dipandang memiliki empat tingkatan hierarkis, berturut-turut dari
hierarki yang tinggi ke hierarki yang rendah: tipe-traits-habit-respon
spesifik.
- Hirarki tertinggi : Tipe, kumpulan dari trait, yang mewadahi kombinasi trait dalam suatu dimensi yang luas.
- Hirarki kedua : Trait, kumpulan kecenderungan kegiatan, koleksi respon yang saling berkaitan atau mempunyai persamaan tertentu. Ini adalah disposisi kepribadian yang penting dan permanen.
- Hirarki ketiga : kebiasaan tingkah laku atau berfikir, kumpulan respon spesifik, tingkahlaku/fikiran yang muncul kembali nuntuk merespon kejadian yang mirip.
- Hirarki terendah : Respon spesifik, tingkah laku yang secara aktual dapat diamati, yang berfungsi sebagai respon terhadap suatu kejadian.
DIMENSI KEPRIBADIAN HANS J EYSENCK
1.
Psikotisme
Awalnya, teori Eysenck tentang kepribadian didasarkan
hanya kepada dua dimensi kepribadian-ekstraversi dan neurotisme. Setelah
beberapa tahun menganggap psikotisme (P) sebagai faktor kepribadian sendiri,
Eysenck akhirnya menaikannya ke posisi yang sama dengan E dan N (Eysenck &
Eysenck, 1976). Seperti ekstraversi dan neurotisme, P adalah faktor yang
bersifat bipolar, dimana psikotisme berada di satu kutubnya dan superego
di kutub yang lain.
Skor P yang tinggi seringkali berbentuk egosentrisme,
dingin, tidak bersahabat, implusif, kejam, agresif, penuh curiga, psikopat, dan
anti sosial. Pribadi yang rendah psikotismennya (mengarah kepada superego)
cenderung altrustik, berjiwa sosial, empatik, penuh perhatian, kooperatif,
bersahabat, dan kontrovensional (S. Eysenck, 1997).
Eysenck (1994, hlm. 20) berhipotesis bahwa manusia
yang tinggi psikotismenya memiliki “predisposisi yang tingggi untuk menjadi
stres dan mengembangkan gangguan psikotik”. Menurut Eysenck (1994b,
1994c) semakin tinggi skor psikotisme, semakin rendah tingkat stres yang
dibutuhkan untuk mengundang reaksi psikotik.
2.
Ekstraversi
Konsep Eysenck tentang ekstraversi dan introversi
sebaliknya, lebih dekat dengan pengertian populer. Ekstraversi terutama
dicirikan oleh perasaan sosial dan keimplusifan namun oleh juga rasa humor,
kegairahan hidup, kepekaan terhadap hal-hal yang lucu, optimisme, dan
sifat-sifat lain yang mengindikasikan penghargaan terhadap hubungan dengan
sesamanya (Eysenck & Eysenck, 1969). Sedangkan pribadi introvert dicirikan
oleh sifat yang sebaliknya.
Menurut (Eysenck, 1982), perbedaan ekstraversi dan
intraversi bukanlah pada aspek behavioral, melainkan lebih pada tartaran
biologis dan genetik. Eysenck (1997a) yakin bahwa sebab utama perbedaan
antara ekstraversi dan intraversi berada di tingkat stimulasi kulit otak,
sebuah kondisi fisiologis yang diwarisi bukannya dipelajari. Karena pribadi
ekstrover memiliki tingkat stimulasi kulit otak lebih rendah ketimbang pribadi
introver, mereka memliki ambang indrawi lebih rendah mengalami reaksi lebih
besar terhadap stimulasi indrawi.
3.
Neurotisme
Superfaktor yang disarikan Eysenck adalah
neurotisme/stabilitas. Seperti ektraversi dan introversi, faktor N memiliki
komponen bawaan yang kuat. Orang yang skor neurotiknya tinggi sering mempunyai
kecenderungan reaksi emosional yang berlebihan dan sulit kembali normal sesudah
emosinya meningkat. Namun neurotisme itu bukan neurosis dalam pengertian
yang umum. Orang bisa saja mendapat skor neurotisisme yang tinggi tetapi tetap
bebas dari simptom-simptom gangguan psikologis. Menurut Eysenck, skor
neurotisisme mengikuti model stres-diatesis (diathesis-stress model); yakni
skor N yang tinggi lebih rentan untuk terdorong mengembangkan gangguan neurotik
dibandingkan skor N yang rendah, ketika menghadapi situasi yang menekan.
Dasar biologis dari neurotisisme adalah kepekaan
reaksi sistem syaraf otonom (ANS=Automatic Nervous Reactivity). Orang yang
kepekaan ANS-nya tinggi, pada kondisi lingungan yang wajar sekalipun sudah
merespon secara emosional sehingga mudah mengembangkan gangguan neurotik.
Mengukur Kepribadian.
Eysenck mengembangkan empat inventori kepribadian yang
mengukur superfaktor yang digagasnya. Yaitu :
Pertama adalah Maudsley Personality Inventory (MPI),
yang hanya mengkaji E dan N, serta menghasilkan beberapa kolerasi dari kedua
faktor tersebut.
Kedua adalah Eysenck Personality Inventory (EPI), alat
tes ini memiliki skala kebohongan (lie-L) untuk mendeteksi kepura-puraan,
tetapi tes ini yang terpenting,tes tersebut mengukur ekstraversi dan Neurotisme
secara independen. Dengan kolerasi yang hampir nol antara E dan N. EPI kemudian
diperluas untuk anak-anak berusia 7-16 thn oleh Sybil.
Ketiga adalah Eysenck Personality questionnaire (EPQ),
merupakan alat tes rancangan eysenck dan sybil dengan memasukkan skala Psikotik
(P).
Keempat adalah revisi alat tes EPQ yaitu Eysenck
Personality Questionnaire – Revised (EPQ-R) , yang lahir karena kritikan
terhadap adanya Skala P dalam EPQ.
Dasar Biologis Kepribadian.
Menurut eysenck faktor kepribadian P, E, dan N sama-sama
mempunyai determinan biologis yang kuat. Ia memperkirakan hampir tiga perempat
varians dari ketiga dimensi kepribadian tersebut dapat dijelaskan oleh
hereditas, dan hampir seperempatnya oleh faktor lingkungan.
Dalam teori kepribadaian eysenck , P,E dan N sama-sama
memiliki antesenden maupun konsekuensi. Antesenden bersifat genetis dan
biologis, sedangkan konsenkuensi meliputi variabel eksperimental seperti
pengalaman dan juga perilaku sosial.
Tabel. Ã menunjukan bahwa faktor P,E dan N
berada di tengah-tengah deret lima tahap, dari DNA menuju perilaku sosial
dengan penyambung biologis dan bukti kepribadian mempunyai determinan genetik
secara tidak langsung membentuk penyambung biologis, dan sambungan biologis
inilah yang membantu pembentukan P,E dan N. Selanjutnya P,E dan N berkontribusi
dalam pembelajaran di laboratorium yang beragam dan juga dalam perilaku sosial.
Kepribadian
sebagai Prediktor
Model kepribadian Eysenck yang kompleks
mengindikasikan bahwa sifat psikometri dari P,E, dan N dapat dikombinasikan
satu sama lain, serta dengan determinasi genetik, sambungan biologis dan
penelitian eksperimental untuk memprediksi beragam perilaku sosial, termasuk
yang berkontribusi pada penyakit.
Refrensi: Feist.J & Feist.J.G.2010."Teori
Kepribadian".Jakarta:Salemba Humanika
0 komentar:
Posting Komentar