Rabu, 14 Januari 2015

Psikologi managemen pertemuan 3


 Empowerment, stress dan konflik

A.      Definisi Empowerment

Richard Carver, Managing Director dari Coverdale Organization mendefinisikan empowerment sebagai mendorong dan membolehkan seseorang untuk mengambil tanggung jawab secara pribadi untuk meningkatkan atau memperbaiki cara-cara menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat meningkatkan kontribusi dalam pencapaian sasaran organisasi. Empowerment memerlukan penciptaan budaya yang mendorong pegawai dalam setiap tingkatan untuk melakukan sesuatu yang berbeda dan membantu pegawai untuk percaya diri dan kemampuan untuk melakukan perubahan.

B.     Kunci efektif empowerment dalam manajemen

Konsep pemberdayaan (empowerment), menurut Friedmann muncul karena adanya dua primise mayor, yaitu “kegagalan” dan “harapan”. Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya model pembangunan ekonomi dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan lingkungan yang berkelanjutan, sedangkan harapan muncul karena adanya alternatif-alternatif pembangunan yang memasukkan nilai-nilai demokrasi, persamaan gender, peran antara generasi dan pertumbuhan ekonomi yang memadai. Dengan dasar pandangan demikian, maka pemberdayaan masyarakat erat kaitannya dengan peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan pada masyarakat, sehingga pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan dan pengamalan demokrasi.

C.     Definisi stress

Sedangkan menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.

D.    Sumber-sumber stress pada manusia

Sarafino (dalam Mumtahinnah, 2008) membedakan sumber-sumber stres, yaitu dalam diri individu, keluarga, komunitas dan masyarakat.

 1. Sumber-sumber Stres di Dalam Diri Seseorang

Menurut Sarafino (dalam Mumtahinnah, 2008) kadang-kadang sumber stres itu ada di dalam diri seseorang. Tingkatan stres yang muncul tergantung pada keadaan rasa sakit dan umur individu.

2.    Sumber-sumber Stres di dalam Keluarga

Stres di sini dapat bersumber dari interaksi di antara para anggota keluarga.

3.    Sumber-sumber Stres di Dalam Komunitas dan Lingkungan

Beberapa pengalaman stres orangtua bersumber dari pekerjaannya, dan lingkungan yang stresfull sifatnya.

4.     Pekerjaan

Diantara faktor-faktor yang membuat suatu pekerjaan itu stressfull adalah tuntutan kerja.

5.   Stres yang Berasal dari Lingkungan

Lingkungan yang dimaksudkan di sini adalah lingkungan fisik, seperti:  Kebisingan, suhu terlalu panas, kesesakan.

E.     Pendekatan terhadap stress, pendekatan individu dan pendekatan perusahaan :

Robbins dalam (Rini, 2010) menyebutkan dua pendekatan dalam mengatasi stres, yaitu:

1.   Pendekatan individu

Seorang dapat memikul tanggung jawab pribadi untuk mengurangi tingkat stresnya. Strategi individu yang telah terbukti efektif adalah:

-          Teknik manajemen waktu
-          Meningkatkan latihan fisik
-          Pelatihan pengenduran (relaksasi)
-          Perluasan jaringan dukungan sosial

2.      Pendekatan perusahaan

Beberapa faktor yang menyebabkan stres terutama tuntutan tugas dan peran, struktur  organisasi dikendalikan oleh manajemen. Strategi yang digunakan:

-          Perbaikan seleksi personil dan penempatan kerja
-          Penggunaan penetapan tujuan yang realistis
-          Perancangan ulang pekerjaan
-          Peningkatan keterlibatan kerja
-          Perbaikan komunikasi organisasi
-          Penegakkan program kesejahteraan korporasi

F.      Definisi konflik

Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik adalah kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja.

G.    Jenis-jenis konflik

Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 6 macam :

1)      Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role).

2)     Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).

3)      Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).

4)     Konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara).

5)      Konflik antar atau tidak antar agama.

6)      Konflik antar politik.

7)      Konflik individu dengan kelompok.

H.    Jelaskan proses konflik

Proses Terjadinya Konflik Menurut Beberapa Para Ahli :

1.    Menurut Hendricks, W.(1992) prose terjadinya konflik terdiri dari 3 tahap :

a)      Peristiwa sehari-hari , yaitu ditandai dengan adanya individu meresa tidak puas atau jengkel terhadap lingkungan  kerja.

b)      Adanya tantangan, yaitu apabila terjadi masalah, individu saling mempertahankan pendapat mereka masing-masing dan menyalahkan pihak lain. Masing-masing anggota menganggap perbuatan yang dilakukan sesuai dengan standar dan aturan aaaaorganisasi.

c)        Timbulnya pertentangan, yaitu pada tahap ini masing-masing  individu    atau kelompok bertujuan untuk menang dan mengalahkan kelompok lain.

2.    Menurut Kenneth Thomas (Owens, 1991). Kenneth Thomas mengemukakan episode gerak konflik digerakkan oleh perasaan frusttasi (kekecewaan) dari suatu kelompok karena aksi pihak lain, misalnya : penolakan permintaan, pertentangan atau penghinaan, sehingga masing-masing kelompok menyadari adanya konflik dan memasuki tahap konsepstualisasi, dan proses terjadi secara subjeytif. Selanjutnya, tinggi atau rendahnya konflik bergantung pada persaingan, keterbukaan dan kepekaan yang dimiliki oleh masing-masing kelompok. Sedangka hasill (outcome) merupakan proses terakhir dari tahapan konflik yang berupa ; frustasi, sikap permusuhan, motivasi kkera, atau produktivitas kerja. Hasil akhir dari prilakku yang dimaksud akan berpengaruh pada episode berikutnya.

3.    Menurut Terry , G. R. (1986). Menjelaskan bahwa, konflik pada umumnya mengikuti pola yang teratur yang ditandai timbulnya krisis, selanjutnya terjadi kesalahpahaman antar individu maupun kelompok, dan konfrontasi menjadi pusat perhatian, pada tahap berikutnya krisis dialih untuk diarahkan dan dikelola.

4.     Menurut Louis R.Pandy mengukapkan proses konflik terdiri dari 5 tahap :

1)      Tahap I konflik laten yaitu tahap munculnya factor-faktor penyebab konflik dalam organisasi yaitu :

a.       Saling ketergantungan kerja
b.      Perbedaan tujuan dan prioritas
c.       Perbedaaan status
d.      Sumber daya yang terbatas

2)      Tahap II konflik yang dipersepsikan (konflik yang dirasakan) , pada tahap ini salah satu pihak memandang pihak lain sebagai penghambat atau mengancam pencapaina tujuan.

3)      Tahap III Konflik yang dirasakan, pada tahap ini konflik tidak sekedar  dipandang ada, akan tetapi benar-benar sudah dirasakan.

4)      Tahap IV konflik yang dimanifestasikan, pada tahap ini prilaku tertentu sebagai indicator konflik sudah mulai ditunjukan, seperti adanya sabotase, agresi terbuka, konfrontasi, rendahnya kenerja dan lain-lainnya.

5)      Tahap V konflik Aftermath, jika konflik benar-benar  diselesaikan maka hal itu akan meningkatkan hubungan  para anggota organisasi. Hanya jika penyelesaian tidak tepat maka akan timbul konflik baru.


DAFTAR PUSTAKA
                     Mumtahinnah, N. (2008). Hubungan antara stress dengan agresi pada ibu rumah tangga
yang tidak bekerja. Jurnal. Universitas Gunadarma. Diakses tanggal 10 Januari 2013.
          Rini. (2010). Pendekatan yang digunakan dalam mengatasi streskerja dalam suatu
organisasi. Jurnal Ilmiah. Vol 2 No. 3. Politeknik Negeri Sriwijaya. Diakses pada 10 Januari 2010.

0 komentar:

Posting Komentar