Kamis, 30 Oktober 2014

Hans Jurgen Eysenck



Biografi Hans Eysenck
Hans Eysenck lahir di Jerman pada tanggal 4 Maret 1916. Ayahnya adalah seorang komedian, penyanyi dan aktor, sedangkan ibunya Ruth Werner seorang bintang film bisu. Orang tua Eysenck bercerai saat dia berusia 4 tahun. Eysenck lalu dirawat oleh neneknya sampai berusia 18 tahun. Ia tumbuh dengan sedikit kedisiplinan dan minim pengawasan dari orang tuannya, dan neneknya mempunyai sifat yang cukup permisif terhadapnya. Penelantaran yang bersifat halus dilingkungannya tersebut sedikit berpengaruh terhadap perkembangan kepribadiannya, tetapi semua itu tidak menghalanginya untuk menjadi ilmuan eksentrik yang terkenal.
Kala itu, setelah perang dunia I Nazi mulai berkuasa, masa depan eysenck tidak terlihat lebih terang, sebagai syarat untuknya agar dapat mempelajari fisika di University of Berlin , ia harus bergabung dengan polisi rahasia nazi dan gagasan seperti itu yang membuatnya lalu pindah ke Inggris untuk melanjutkan pendidikannya di University of London. Pada tahun 1938 eysenck menikahi Margaret Davies seorang sarjana matematika dan ditahun ini juga eysenck menerima gelar sarjana nya, dan pada tahun 1940 ia diberikan gelar doktor di bidang psikologi dari University of London.
Gagal memasuki angkatan Royal Air Force dan cabang militer lain Selama Perang Dunia II, dia bekerja sebagai psikolog di bagian gawat darurat perang Di Mill Hill Emergency Hospital, Di sinilah, dia melakukan penelitian tentang kevalidan diagnosis-diagnosis psikiatri.
Setelah Perang Usai, dia menjadi direktur departemen psikologi di Maudsley Hospital dan mengajar psikologi di University of London. Dan pada tahun 1949 iya mulai berpergian ke amerika serikat dan kanada untuk menguji program-program psikologi klinis disana. Dan dia menemukan hasil bahwa program-program psikologi klinis dianggapnya sama sekali tidak adekuat dan tidak ilmiah, penelitian inilah yang kemudian membuatnya sangat menentang psikologi klinik sepanjang kariernya.
Setelah bercerai dari istrinya, eysenck menikah kembali dengan Sybil Rostal seorang psikologi Kuantitatif, dan menjadikannya rekan penulis dalam beberapa terbitan bukunya. Hans telah menulis 75 buku dan sekitar 800 artikel, dan dianggap sebagai salah satu penulis psikologi paling terpandang. Eysenck pensiun pada tahun 1983 dan terus berkarya sampai dia meninggal pada tanggal 4 September 1997.

TEORI FAKTOR EYSENCK
Kriteria untuk Mengidentifikasikan Faktor
  1. Kriteria pertama, bukti psikometri bagi keberadaan faktor harus disusun. Yang terkait dengan kriteria ini adalah faktor harus bisa diandalkan dan direplikasi. Penelitian lain dari labolatorium lain, harus juga menemukan suatu faktor, dan para peneliti ini harus mengidentifikasi secara konsisten ekstraversi, neurotisme, dan psikotisme Eysenck.
  2. Kriteria kedua, adalah faktor juga harus memiliki sifat warisan dan cocok dengan model genetik yang ada. Kriteria ini mengeliminasi karakteristik yang dipelajari, seperti kemampuan untuk meniru pandangan pribadi yang terkenal atau keyakinan agama atau politik tertentu.
  3. Kriteria ketiga, faktor harus masuk akal dari sudut pandang teoretis. Eysenck menggunakan metode deduktif untuk melakukan penelitiannya, dimulai dari teori dan kemudian mengumpulkan data yang secara logis konsisten dengan teori tersebut.
  4. Kriteria keempat, kriteria terakhir bagi eksistensi sebuah faktor adalah faktor harus memiliki relevansi sosial, artinya harus bisa dibuktikan bahwa faktor-faktor yang diperoleh secara matematis memiliki kaitan (meski tidak selalu kausal). Dengan variabel-variabel yang relevan secara sosial seperti ketagihan pada obat-obatan, kecerobohan untuk melukai tanpa sengaja, performa menakjubkan dalam olahraga, perilaku psikotik, kriminalitas, dan sebagainya.

Hierarki Faktor-Faktor Pengorganisasian Perilaku
Kepribadian sebagai organisasi tingkahlaku oleh Eysenck dipandang memiliki empat tingkatan hierarkis, berturut-turut dari hierarki yang tinggi ke hierarki yang rendah: tipe-traits-habit-respon spesifik.
  1. Hirarki tertinggi : Tipe, kumpulan dari trait, yang mewadahi kombinasi trait dalam suatu dimensi yang luas.
  2. Hirarki kedua : Trait, kumpulan kecenderungan kegiatan, koleksi respon yang saling berkaitan atau mempunyai persamaan tertentu. Ini adalah disposisi kepribadian yang penting dan permanen.
  3. Hirarki ketiga : kebiasaan tingkah laku atau berfikir, kumpulan respon spesifik, tingkahlaku/fikiran yang muncul kembali nuntuk merespon kejadian yang mirip.
  4. Hirarki terendah : Respon spesifik, tingkah laku yang secara aktual dapat diamati, yang berfungsi sebagai respon terhadap suatu kejadian.

DIMENSI KEPRIBADIAN HANS J EYSENCK

1.    Psikotisme


Awalnya, teori Eysenck tentang kepribadian didasarkan hanya kepada dua dimensi kepribadian-ekstraversi dan neurotisme. Setelah beberapa tahun menganggap psikotisme (P) sebagai faktor kepribadian sendiri, Eysenck akhirnya menaikannya ke posisi yang sama dengan E dan N (Eysenck & Eysenck, 1976). Seperti ekstraversi dan neurotisme, P adalah faktor yang bersifat bipolar, dimana psikotisme berada di satu kutubnya dan superego di kutub yang lain.
Skor P yang tinggi seringkali berbentuk egosentrisme, dingin, tidak bersahabat, implusif, kejam, agresif, penuh curiga, psikopat, dan anti sosial. Pribadi yang rendah psikotismennya (mengarah kepada superego) cenderung altrustik, berjiwa sosial, empatik, penuh perhatian, kooperatif, bersahabat, dan kontrovensional (S. Eysenck, 1997).
Eysenck (1994, hlm. 20) berhipotesis bahwa manusia yang tinggi psikotismenya memiliki “predisposisi yang tingggi untuk menjadi stres dan mengembangkan gangguan psikotik”.  Menurut Eysenck (1994b, 1994c) semakin tinggi skor psikotisme, semakin rendah tingkat stres yang dibutuhkan untuk mengundang reaksi psikotik.

2.    Ekstraversi

Konsep Eysenck tentang ekstraversi dan introversi sebaliknya, lebih dekat dengan pengertian populer. Ekstraversi terutama dicirikan oleh perasaan sosial dan keimplusifan namun oleh juga rasa humor, kegairahan hidup, kepekaan terhadap hal-hal yang lucu, optimisme, dan sifat-sifat lain yang mengindikasikan penghargaan terhadap hubungan dengan sesamanya (Eysenck & Eysenck, 1969). Sedangkan pribadi introvert dicirikan oleh sifat yang sebaliknya.
Menurut (Eysenck, 1982), perbedaan ekstraversi dan intraversi bukanlah pada aspek behavioral, melainkan lebih pada tartaran biologis dan genetik. Eysenck (1997a) yakin bahwa sebab utama perbedaan antara  ekstraversi dan intraversi berada di tingkat stimulasi kulit otak, sebuah kondisi fisiologis yang diwarisi bukannya dipelajari. Karena pribadi ekstrover memiliki tingkat stimulasi kulit otak lebih rendah ketimbang pribadi introver, mereka memliki ambang indrawi lebih rendah mengalami reaksi lebih besar terhadap stimulasi indrawi.

3.    Neurotisme

Superfaktor yang disarikan Eysenck adalah neurotisme/stabilitas. Seperti ektraversi dan introversi, faktor N memiliki komponen bawaan yang kuat. Orang yang skor neurotiknya tinggi sering mempunyai kecenderungan reaksi emosional yang berlebihan dan sulit kembali normal sesudah emosinya meningkat. Namun  neurotisme itu bukan neurosis dalam pengertian yang umum. Orang bisa saja mendapat skor neurotisisme yang tinggi tetapi tetap bebas dari simptom-simptom gangguan psikologis. Menurut Eysenck, skor neurotisisme mengikuti model stres-diatesis (diathesis-stress model); yakni skor N yang tinggi lebih rentan untuk terdorong mengembangkan gangguan neurotik dibandingkan skor N yang rendah, ketika menghadapi situasi yang menekan.
Dasar biologis dari neurotisisme adalah kepekaan reaksi sistem syaraf otonom (ANS=Automatic Nervous Reactivity). Orang yang kepekaan ANS-nya tinggi, pada kondisi lingungan yang wajar sekalipun sudah merespon secara emosional sehingga mudah mengembangkan gangguan neurotik.

Mengukur Kepribadian.
Eysenck mengembangkan empat inventori kepribadian yang mengukur superfaktor yang digagasnya. Yaitu :
Pertama adalah Maudsley Personality Inventory (MPI), yang hanya mengkaji E dan N, serta menghasilkan beberapa kolerasi dari kedua faktor tersebut.
Kedua adalah Eysenck Personality Inventory (EPI), alat tes ini memiliki skala kebohongan (lie-L) untuk mendeteksi kepura-puraan, tetapi tes ini yang terpenting,tes tersebut mengukur ekstraversi dan Neurotisme secara independen. Dengan kolerasi yang hampir nol antara E dan N. EPI kemudian diperluas untuk anak-anak berusia 7-16 thn oleh Sybil.
Ketiga adalah Eysenck Personality questionnaire (EPQ), merupakan alat tes rancangan eysenck dan sybil dengan memasukkan skala Psikotik (P).
Keempat adalah revisi alat tes EPQ yaitu Eysenck Personality Questionnaire – Revised (EPQ-R) , yang lahir karena kritikan terhadap adanya Skala P dalam EPQ.

Dasar Biologis Kepribadian.
Menurut eysenck faktor kepribadian P, E, dan N sama-sama mempunyai determinan biologis yang kuat. Ia memperkirakan hampir tiga perempat varians dari ketiga dimensi kepribadian tersebut dapat dijelaskan oleh hereditas, dan hampir seperempatnya oleh faktor lingkungan.
Dalam teori kepribadaian eysenck , P,E dan N sama-sama memiliki antesenden maupun konsekuensi. Antesenden bersifat genetis dan biologis, sedangkan konsenkuensi meliputi variabel eksperimental seperti pengalaman dan juga perilaku sosial.


Tabel. à menunjukan bahwa faktor P,E dan N berada di tengah-tengah deret lima tahap, dari DNA menuju perilaku sosial dengan penyambung biologis dan bukti kepribadian mempunyai determinan genetik secara tidak langsung membentuk penyambung biologis, dan sambungan biologis inilah yang membantu pembentukan P,E dan N. Selanjutnya P,E dan N berkontribusi dalam pembelajaran di laboratorium yang beragam dan juga dalam perilaku sosial.

Kepribadian sebagai Prediktor
Model kepribadian Eysenck yang kompleks mengindikasikan bahwa sifat psikometri dari P,E, dan N dapat dikombinasikan satu sama lain, serta dengan determinasi genetik, sambungan biologis dan penelitian eksperimental untuk memprediksi beragam perilaku sosial, termasuk yang berkontribusi pada penyakit.

Refrensi: Feist.J & Feist.J.G.2010."Teori Kepribadian".Jakarta:Salemba Humanika

0 komentar:

Posting Komentar